Rabu, September 07, 2011

Pasangan Hidup

Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang istri.
Dia mencintai istri yang keempat, dan menganugerahinya harta dan
kesenangan yang banyak. Sebab, dialah yang tercantik diantara semua
istrinya. Pria ini selalu memberikan yang terbaik buat istri keempatnya
ini. Pedagang itu juga mencintai istrinya yang ketiga. Dia sangat bangga
dengan istrinya ini, dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita ini
kepada semua temannya.

Namun, ia juga selalu khawatir kalau istrinya ini akan lari dengan pria

yang lain. Begitu juga dengan istri yang kedua. Ia pun sangat menyukainya. Ia adalah istri yang sabar dan pengertian. Kapan pun pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan istrinya ini. Dialah tempat bergantung. Dia selalu menolong dan mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit. Sama halnya dengan istri yang pertama. Dia adalah pasangan yang sangat setia. Dia selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga ini. Dia lah yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan usaha sang suami. Akan tetapi, sang pedagang, tak begitu mencintainya. Walaupun sang istri pertama ini begitu sayang padanya, namun, pedagang ini tak begitu mempedulikannya.

Suatu ketika, si pedagang sakit. Lama kemudian, ia menyadari, bahwa ia

akan segera meninggal. Dia meresapi semua kehidupan indahnya, dan
berkata dalam hati. "Saat ini, aku punya 4 orang istri. Namun, saat aku
meninggal, aku akan sendiri. Betapa menyedihkan jika aku harus hidup
sendiri." Lalu, ia meminta semua istrinya datang, dan kemudian mulai
bertanya pada istri keempatnya. "Kaulah yang paling kucintai, kuberikan
kau gaun dan perhiasan yang indah. Nah, sekarang, aku akan mati, maukah
kau mendampingiku dan menemaniku? Ia terdiam. "Tentu saja tidak, "jawab
istri keempat, dan pergi begitu saja tanpa berkata-kata lagi. Jawaban
itu sangat menyakitkan hati. Seakan-akan, ada pisau yang terhunus dan
mengiris-iris hatinya.

Pedagang yang sedih itu lalu bertanya pada istri ketiga. "Akupun

mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini, hidupku akan berakhir. Maukah
kau ikut denganku, dan menemani akhir hayatku? Istrinya menjawab, Hidup
begitu indah disini. Aku akan menikah lagi jika kau mati. Sang pedagang
begitu terpukul dengan ucapan ini. Badannya mulai merasa demam.

Lalu, ia bertanya pada istri keduanya. "Aku selalu berpaling padamu

setiap kali mendapat masalah. Dan kau selalu mau membantuku. Kini, aku
butuh sekali pertolonganmu. Kalau ku mati, maukah kau ikut dan
mendampingiku? Sang istri menjawab pelan. "Maafkan aku," ujarnya "Aku
tak bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang
kubur saja. Nanti, akan kubuatkan makam yang indah buatmu. Jawaban itu
seperti kilat yang menyambar. Sang pedagang kini merasa putus asa.


Tiba-tiba terdengar sebuah suara. "Aku akan tinggal denganmu. Aku akan

ikut kemanapun kau pergi. Aku, tak akan meninggalkanmu, aku akan setia
bersamamu. Sang pedagang lalu menoleh ke samping, dan mendapati istri
pertamanya disana. Dia tampak begitu kurus. Badannya tampak seperti
orang yang kelaparan. Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam,
"Kalau saja, aku bisa merawatmu lebih baik saat ku mampu, tak akan
kubiarkan kau seperti ini, istriku."

***

Sesungguhnya kita punya 4 orang istri dalam hidup ini.

Istri yang keempat, adalah tubuh kita. Seberapa pun banyak waktu dan

biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan
gagah, semuanya akan hilang. Ia akan pergi segera kalau kita meninggal.
Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap-Nya.

Istri yang ketiga, adalah status sosial dan kekayaan. Saat kita

meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain. Mereka akan berpindah,
dan melupakan kita yang pernah memilikinya.

Sedangkan istri yang kedua, adalah kerabat dan teman-teman. Seberapa pun

dekat hubungan kita dengan mereka, mereka tak akan bisa bersama kita
selamanya. Hanya sampai kuburlah mereka akan menemani kita.

Dan, teman, sesungguhnya, istri pertama kita adalah jiwa dan amal kita.

Mungkin, kita sering mengabaikan, dan melupakannya demi kekayaan dan
kesenangan pribadi. Namun, sebenarnya, hanya jiwa dan amal kita sajalah
yang mampu untuk terus setia dan mendampingi kemanapun kita melangkah.
Hanya amal yang mampu menolong kita di akhirat kelak.

Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa dan amal kita dengan bijak.

Jangan sampai kita menyesal belakangan.

Tidak ada komentar: